Catur Purusa Artha : Tujuan Hidup Manusia


Catur purusa artha terdiri dari tiga kata yaitu catur yang berarti empat, purusa yang berarti hidup dan artha yang berarti tujuan. Jadi Catur purusa artha artinya empat tujuan hidup sebagai manusia. Tujuan hidup menurut ajaran agama hindu dinyatakan dalam Brahma Purana 228,45 sebagai berikut :

“Dharma, artha, kama, moksana sarira sadhanam”.

Badan yang disebut sarira ini hanya boleh digunakan sebagai alat untuk mencapai Dharma, Artha, Kama, dan Moksa.

Bagian-bagian catur purusa artha :

1. Dharma

Dharma merupakan kebenaran absolut yang mengarahkan manusia untuk berbudi pekerti luhur sesuai dengan dasar agama yang menjadi hidupnya. Dharma itulah yang mengatur dan menjamin kebenaran hidup manusia. Keutamaan dharma merupakan sumber datangnya kebahagiaan, memberikan keteguhan budi dan menjadi dasar segala tingkah laku manusia.

2. Artha

Artha dalam bahasa sanskerta diartikan tujuan. Segala sesuatu yang menjadi alat untuk mencapai tujua juga disebut artha. Mendapatkan dan memiliki harta mutlak adanya, tetapi yang perlu diingat agar jangan sampai diperbudak oleh nafsu keserakahan yang berakibat mengaburnya wiweka ( pertimbangan rasional) sehingga tidak mampu membedakan mana yang benar dan salah. Artha perlu diamalkan (Dana Punia) bagi kemanusiaan seperti fakir miskin, orang cacat, yatim piatu dan sebagainya.

3. Kama

Kama adalah keinginan untuk memperoleh kenikmatan (wisaya). Kama berfungsi untuk menunjang hidup yang bersifat tidak kekal. Kama dinyatakan sebagai salah satu tujuan hidup adalah untuk mengubah wisaya kama menuju sriya kama, artinya dari ingin mengumbar hawa nafsu atau wisaya menuju pada keinginan mencapai keindahan rohani atau sriya.

4. Moksa

Moksa adalah kelepasan atau kebebasan yaitu menyatunya atman dengan Brahman. Sebagai tujuan yang tertinggi.

Source : Swastikarana

Tri Mala


Tri mala merupakan tiga kotoran yang melekat pada jiwa manusia akibat pengaruh buruk dari nafsu yang tak terkendalikan dan sangat bertentangan dengan kesusilaan. Tri mala meliputi :

1. Mithia Hrdaya : selalu berperasaan dan berpikiran buruk, buruk sangka kepada orang lain.

2. Mithia Wacana : berkata sombong, angkuh, tidak menepati janji.

3. Mithia Laksana : berbuat kurang ajar, tidak sopan, hingga merugikan orang lain.

Selain tiga musuh yang tersebut diatas ada tiga musuh yang menghambat perkembangan manusia dalam berjuang melaksanakan Tri Kaya Parisudha, yang dikenal dengan nama Tri Mala Paksa. Tri Mala Paksa meliputi :

1. Kasmala : perbuatan yang hina dan kotor.

2. Mada : perkataan, pembicaraan dusta dan kotor.

3. Moha : pikiran perasaan curang dan angkuh.

 

Source : Swastikarana

 

Tri Sarira dalam Agama Hindu


calligraphy_ganeshHalo sobat katahindu, kali ini penulis ungin berbagi mengenai apa itu Tri Sarira,, semoga bermanfaat.. 🙂

Tri Sarira terdiri dari dua kata, yaitu “Tri” yang artinya tiga dan “Sarira” yang artinya badan. Tri Sarira diartikan sebagai tiga lapisan badan/tubuh manusia. Adapun bagian-bagian Tri Sarira meliputi:

1. Sthula Sarira adalah lapisan badan yang paling luar atau disebut juga badan kasar, badan fisik atau badan wadah. Sthula Sarira terbentuk dari unsur Panca Maha Bhuta, yaitu:

a) Pertiwi adalah zat yang padat. Wujud dari pertiwi cenderung tetap (padat), zat ini juga menentukan bentuk-bentuk benda di alam semesta. Contohnya : tulang, daging dan otot.

b) Apah adalah zat yang cair. Zat ini lebih halus daripada Pertiwi dan dapat berubah-ubah bentuknya. Contohnya: darah, dan lender.

c) Teja adalah zat segala zat panas. Zat ini lebih halus daripada Apah karena hanya dapat dilihat dan dirasakan. Contohnya: suhu badan.

d) Bayu adalah zat udara. Contohnya: nafas.

e) Akasa adalah zat eter atau hampa. Contohnya: rongga tubuh

 

2. Suksma Sarira atau badan halus adalah lapisan badan yang tidak dapat dilihat dan diraba, yaitu alam pikiran manusia. Alam pikiran letaknya jauh di dalam badan sehingga disebut dengan badan halus. Badan Halus dalam Agama Hindu disebut Suksma Sarira. Suksma Sarira dalam Bahasa Sansekerta disebut citta. Ingatan atau citta adalah pengalaman yang dibuat tubuh, dipikirkan, dilihat dan dirasakan selama manusia hidup di dunia ini.Citta adalah salah satu unsur yang membentuk watak atau budi seseorang. Pada citta ini terdapat unsur Dasendria, yaitu lima indriya pengenal yang disebut Panca Budhindriya yang terdiri dari:

a) Caksuindriya adalah indria pengelihatan yaitu terletak pada mata

b) Srotendriya adalah indria pendengar yaitu terletak pada telinga

c) Ghranendriya adalah indria penciuman yaitu terletak pada hidung

d) Twakindria adalah indria pengenal rasa sentuhan yaitu terletak pada kulit

e) Jihwendria adalah indria pengecap yaitu terletak pada lidah

dan lima indriya pekerja atau penggerak yang disebut Panca Karmendriya, yang terdiri dari:

a) Panindriya adalah indria penggerak pada tangan

b) Padendria adalah indria penggerak pada kaki

c) Garbhendriya adalah indria penggerak pada perut

d) Upastendriya adalah indria penggerak pada kemaluan laki-laki. Bhagendriya adalah indria penggerak pada kemaluan perempuan.

e) Pajwindriya adalah indria penggerak pada pantat atau dubur.

 

3. Antakarana Sarira adalah lapisan badan yang paling halus yaitu Atman. Antakarana Sarira disebut juga badan penyebab. Atman inilah yang menjiwai manusia sehingga bisa hidup dan beraktivitas.

source : radhalaksmi.bc

 

Seni Tari dan Jenisnya Dalam Hindu


    Seni tari tentunya hal yang tidak asing lagi bagi kita, sekarang malah banyak sekali macam-macam tarian baik yang tradisional maupun yang modern. Seni tari merupakan suatu karya seni yang ditampilkan melalui media gerak sehingga menimbulkan daya pesona. Mengingat dalam perkembangannya sekarang, begitu banyak macam tari maka umat Hindu mengelompokan seni tari menjadi tiga kategori, yaitu :

1.       Seni Tari yang Termasuk Wali

        Seni tari yang termasuk Wali sifatnya sakral. Suatu tarian yang mengandung simbolis religious dan biasanya dilakukan bebarengan dengan upacara keagamaan di pura. Tari Wali tidak mengandung lakon.

tari pendet    Biasanya tari sakral ini ditarikan oleh :

– Penari yang masih gadis

– Bisa ditarikan oleh orang yang sudah berumah tangga, terutama bagi wanita yang sudah       mengalami menopose.

– Penari sering membawa alat-alat upacara seperti canang sari, pasepan, sampian dan lain-lain.

– Gerak tari sakral sederhana, mengikuti gerak alam seperti tumbuh-tumbuhan, peredaran matahari dan sebagainya.

– Ada suasana mistik, magis, religius.

– Biasanya ditarikan secara kolektif. Isinya menggugah emosional keagamaan.

Contoh tari yang termasuk Wali : tari rejang, tari pendet, tari baris tumbak, tari sanghyang, tari bedaya semang, tari sanyang, tari tortor, tari gantar.

 2.       Seni Tari yang Termasuk Bebali

         Tari Bebali termasuk sebagai pengiring upacara dan mengandung lakon. Contohnya : Tari Wayang Lemah, Tari Gambuh, dan Tari Topeng.

 3.       Seni Tari yang Termasuk Balih-balihan

           Seni tari yang termasuk Balih-balihan adalah seni tari yang diciptakan berdasarkan tuntunan budi luhur dan berfungsi untuk hiburan. Contoh : tari cak, tari janger, tari legong keraton, tari kebyar duduk, tari manuk rawa, tari puspa wresti, tari puspanjali, dan masih banyak lagi termasuk seni drama dan tari atau Sendratari.

Sadwarnaning Rajaniti


      Menurut teori Hindu Kuno yang dimuat dalam “Substance of Hindu Polity” yang disusun oleh Candra Prakash Bhambari menyebutkan enam (sad) syarat seorang pemimpin, yang diberi istilah Sadwarnaning Rajaniti. Adapun bagian-bagiannya meliputi :

1. Abhigamika : pemimpin harus mampu menarik perhatian positif dari rakyatnya.

2. Prajna : pemimpin harus bijaksana.

3. Utsaha : pemimpin harus kreatif mengembangkan usaha.

4. Atmasampad : pemimpin harus bermoral luhur.

5. Sakhyasamanta : pemimpin harus mampu mengontrol bawahannya.

6. Aksudraparisakta : pemimpin harus mampu memimpin rapat atau sidang dan dapat menarik kesimpulan secara bijaksana.

Tri Rna


      Tri Rna berasal dari kata tri dan rna. Tri berarti tiga, rna berarti hutang. Jadi secara etimologi Tri Rna berarti tiga hutang. Tri rna juga berarti tiga jenis ketergantungan dalam hidup manusia yang membawa ikatan hutang (rna). Ketiga hutang (tri rna) tersebut meliputi :

1.       Dewa rna

Dewa rna merupakan ketergantungan manusia kepada Tuhan  yang telah menciptakan kehidupan, memelihara dan memberikan kebutuhan hidup.

2.       Pitra rna

Pitra rna merupakan ketergantungan kepada leluhur yang telah melahirkan, mengasuh dan membesarkan diri kita.

3.       Rsi rna

Rsi rna merupakan ikatan hutang kepada para Rsi yang telah memberikan pengetahuan suci untuk membebaskan hidup ini dari kebodohan menuju kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir batin.

Sapta Timira


Sapta Timira berarti tujuh kegelapan, yang dimaksud tujuh kegelapan disini ialah tujuh hal yang menyebabkan pikiran orang menjadi gelap. Adapun ketujuh kegelapan tersebut meliputi :

  1. Surupa berarti kecantikan atau kebagusan wajah. Kecantikan atau ketampanan yang  disalahgunakan akan membuat orang itu sombong. Hal ini yang menyebabkan kehancuran.
  2. Dhana berarti kekayaan atau harta benda yang melimpah. Kekayaan yang digunakan dan didapat bukan melalui jalan dharma menyebabkan orang menjadi angkuh, sombong, menghina orang lain, dan sebagainya.
  3. Guna berarti kepintaran / kepandaian. Jika kepandaian ada pada orang yang bermoral tidak baik seperti teroris, koruptor, penipu, dan sebagainya maka akan menyebabkan kekacauan.
  4. Kulina berarti keturunan atau kebangsawanan. Orang yang berasal dari keturunan keluarga terhormat, seperti bangsawan, putra raja akan dihormati. Jika dengan keturunan ini seseorang menjadi sombong, menghina orang lain, hal ini yang menyebabkan kegelapan.
  5. Yohana berarti masa remaja / muda. Seseorang pada masa muda memiliki pendirian yang labil sehingga mudah terpengaruh ke hal – hal yang negative.
  6. Sura berarti minuman keras (yang memabukan). Minuman keras tentunya harus dihindari, karena minuman ini dapat menyebabkan mabuk. Banyak akibat buruk yang ditimbulkan karena mabuk seperti tindakan criminal, kecelakaan lalu lintas dan lain-lain.
  7. Kasuruan berarti keberanian. Keberanian yang tidak terkontrol akan memnyebabkan kehancuran, seperti setiap orang yang ditemui ditantang untuk bertarung.

Yajna


Halo sobat katahindu, kali ini penulis akan menulis tentang yajna, udah banyak sih yang menulis tentang yajna, tetapi mungkin ada sedikit yang berbeda yang memberi manfaat tersendiri bagi sobat semua..  Selamat membaca… 🙂

                Yajna berasal dari bahasa sansekerta dari akar kata Yaj yang artinya memuja, mempersembahkan, atau korban.  Yajna diartikan sebagai korban suci yang tulus ikhlas. Di Indonesia penulisan yajna lazim ditulis dengan yadnya, artinya tetap sama. Yajna memiliki pengertian yang lebih luas disbanding upacara Yajna. Yajna memiliki dimensi yang luas yaitu meliputi filsafat, etika, dan ritual. Sedangkan upacara yajna dari segi wujudnya lebih menonjolkan segi ritual, meskipun didalamnya terbungkus filsafat dan etika. Yajna pada hakekatnya adalah suatu perbuatan perluasan suci yang dilandasi dengan ketulusikhlasan untuk mengabdi kepada Tuhan YME dan segala ciptaannya.

                Lalu apa yang menjadi dasar kita melakukan yajna? Di dalam Atharva veda, XII.1.1 disebutkan:

“ Satyam brhad rtam ugram,

diksa tapo brahma yajnah prthivim dharayanti,

sa no bhutasya bhany asya patynyurumlokam”.

Artinya:

Kebenaran (satya) hukum yang agung, yang kokoh dan suci (rta), tapa brata, doa, dan yajna, inilah yang menegakkan bumi. Semoga bumi ini , ibu kami sepanjang masa memberikan tempat yang lega bagi kami.

Selain itu di dalam kitab Bhagawadgita III.10 disebutkan:

“ Saha-yajnah prajah srstva

Purovaca prajapatih,

Anena prasavisyadhvam

Esa vo ‘stv ista-kama-dhuk”.

Artinya:

Sesungguhnya sejak dahulu dikatakan, Tuhan setelah menciptakan menusia melalui yajna, berkata : dengan (cara) ini engkau akan berkembang, sebagai sapi perah yang memenuhi keinginanmu (sendiri).

Dari sloka diatas dapat kita simpulkan bahwa yajna merupakan salah satu penyangga tegaknya kehidupan di dunia ini. Tuha telah menciptakan manusia dengan yajna, dan dengan yajna pulalah manusia berkembang dan memelihara kehidupannya. Kesucian diri  dan keikhlasan tentunya menjadi dasar dalam beryajna.

Nah sekarang kita bahas makna dan tujuan kita melakukan yajna…

1. Sebagai pengejawantahan ajaran Veda

Sudah jelas bahwa didalam Veda banyak disebutkan tentang  yajna. Seperti sloka-sloka yang mendasari kita melakukan yajna. Jadi Yajna merupakan aplikasi dari ajaran Veda.

2. Sebagai rasa terima kasih

Kehidupan ini pada hakekatnya memiliki ketergantungan dengan yang lain. Ada 3 ketergantungan dalam hidup manusia yang membawa ikatan hutang (rna). Ketiga hutang (tri Rna ) yaitu:

  1. Dewa Rna : ketergantungan pada Tuhan yang telah menciptakan kehidupan, memelihara dan memberikan kebutuhan hidup. (dibayar dengan Dewa yajna dan Bhuta yajna).
  2. Rsi Rna : ketergantungan kepada Rsi yang telah memberikan pengetahuan Suci untuk membebaskan hidup ini dari kebodohan menuju kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir batin. (dibayar dengan Rsi yajna).
  3. Pitra Rna : Ketergantungan kepada leluhur yang telah melahirkan, mengasuh dan membesarkan diri kita.(dibayar dengan Pitra yajna dan Manusa yajna).

Dari uraian di atas menjelaskan bahwa salah satu tujuan kita melakukan yajna adalah sebagai bentuk rasa terima kasih, baik kepada Tuhan, rsi, leluhur, sesama manusia,maupun kepada bhutakala.

3. Untuk mencapai sorga

“ tiga ikang karya amuhara swarga, lwirya tapa, yajna, kirti”. Artinya ada tiga jalan untuk mencapai sorga yaitu tapa, yajna dan kirti.(agastya parwa)

4. Untuk melepaskan diri dari ikatan karma

“ apan ikang karma kabeh kaentas krta tekapaning yajna niyatannya”. Artinya segala karma itu akan dapat dibebaskan dengan pelaksanaan yajna yang sesungguhnya.( bhisma parwa)

5. Untuk mencapai kebebasan

Dalam Bhagawadgita IV.31 disebutkan  mereka yang makan sisa persembahan, sebagai amrta , mencapai Brahman yang kekal abadi, dunia ini bukan bagi yang tidak beryajna, apa pula dunia yang lain, wahai Arjuna.

Selanjutnya kita akan membahas tentang macam” panca yajna…

1. Menurut Manawadharmasastra III.73

– Ahuta : mengucapkan doa-doa suci weda

– Huta : persembahan dengan api homa

– Prahuta : upacara bali / bhuta yajna

– Brahma huta : menghormati para brahmana

– Prasita : persembahan tarpana pada para pitara

2. Menurut Bhagawadgita IV.28

– Drweya yajna : berdana punia dengan harta

– Tapa yajna : mengendalikan indriya

– Yoga yajna : melakukan astangga yoga

– Swadyaya Yajna: mengendalikan diri belajar sendiri pada Tuhan

– Jnana yajna : beryajna dengan ilmu pengetahuan

Nah panca yajna yang kenal pada umumnya bersumber dari Agastya parwa yaitu: dewa yajna, rsi yajna, pitra yajna, manusa yajna dan bhuta yajna, yang ini ga perlu dijelaskan pasti udah tau semua…

Sebagai penutup kita bahas tentang kualitas Yajna menurut Bhagawadgita tepatnya pada Adhyaya XVII sloka 11,12,13…

1. Satvika yajna

“ yajna menurut petunjuk kitab-kitab suci, yang dilakukan oleh orang tanpa mengharap pahala dan percaya sepenuhnya upacara ini sebagai tugas kewajiban, adalah satvika”.

Yajna yang satvika meliputi :

–          Sradha : dengan keyakinan

–          Lascarya : tulus ikhlas

–          Sastra : berpedoman pada sastra Veda

–          Daksina : sesari ( tanpa daksina ibarat api tanpa panas )

–          Mantra gita : weda, genta, kidung

–          Anasewa  : jamuan

–          Nasmita : tidak untuk pamer

2. Rajasika yajna

“ tetapi yang dilakukan dengan mengharap ganjaran, dan semata-mata untuk kemegahan belaka, ketahuilah wahai Arjuna, yajna itu bersifat rajas”. Yajna yang bersifat rajas merupakan yajna yang dilakukan dengan penuh pengharapan akan hasilnya, untuk pamer dll.

3. Tamasika yajna

“ dikatakan bahwa yajna yang dilakukan tanpa aturan(bertentangan) dimana makanan tidak dihidangkan, tanpa mantra dan sedekah serta tanpa keyakinan dinamakan tamas”. Yajna yang tamasika dilakukan dengan cara yang tidak baik, tidak ikhlas, asal-asalan, tidak mengikuti petunjuk sastra, tanpa mantra, tanpa daksina.

 Hemm… sekian dulu tulisan katahindu kali ini semoga bermanfaat… Thanks for all J..

Referensi:

– Ngurah Rai, I Gusti.2012.Modul Acara.STAH Dharma Nusantara Jakarta

– Tim Penyusun.1997.Agama Hindu untuk PT.Hanuman Sakti.Jakarta

– Karmini, Ni Wayan,dkk.2003.Agama Hindu untuk SMA Kelas 2.Ganesa Exact.Jakarta

– Pudja, Gede.2003.Bhagawadgita.Paramita.Surabaya

Tri Hita Karana


Secara etimologi Tri Hita Karana berasal dari kata tri yang berarti tiga, hita berarti kebahagiaan, kesejahteraan, dan karana berarti penyebab. Jadi Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kebahagiaan atau kesejahteraan. Hal ini diwujudkan dalam hubungan yang harmonis antara :

  1. Manusia dengan Tuhan YME (parhyangan)
  2. Manusia dengan manusia (pawongan)
  3. Manusia dengan lingkungan / alam (palemahan)

1. Hubungan harmonis manusia dengan Tuhan YME

Bagaimana kita menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan? Apakah bisa, ketemu saja tidak? Tuhan memang tidak dapat dilihat tetapi bisa dirasakan. Menjalin hubungan dengan Tuhan, tidak harus bertemu atau melihat beliau. Itu hal yang tidak mungkin bila Tuhan dalam keadaan transenden, apalagi awidya yang menutupi begitu tebal dalam diri kita. Lalu dengan apa menjalin hubungannya? Dengan memahami dan melaksanakan ajarannya. Bila dikaitkan dengan Panca Yajna, dalam hal hubungan dengan Tuhan termasuk Dewa Yajna. Pengorbanan yang tulus ikhlas kepada para dewa, seperti merayakan hari raya saraswati, siwalatri, sembahyang, dan sebagainya.

2. Hubungan harmonis manusia dengan manusia

Manusia hendaknya menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama, supaya tercipta hidup yang rukun, tentram dan sejahtera. Dalam ajaran Hindu kita mengenal Tat Tvam Asi, semboyan inilah yang seharusnya dijadikan pondasi untuk menjalin hubungan dengan sesama. Bila menyakiti orang lain, sebenarnya itu sama dengan menyakiti diri-sendiri. Bila semua orang berpikiran demikian, tentunya kedamaian akan tercipta. Bila dikaitkan dengan Panca Yajna hubungan dengan sesama dapat diwujudkan dengan rsi yajna, pitra yajna, dan manusa yajna, seperti memberi punia kepada para Sulinggih, upacara dari bayi hingga pernikahan, menghormati orang yang lebih tua, dan sebagainya.

3. Hubungan harmonis manusia dengan alam lingkungan

Manusia hidup didunia tidak lepas dari keterikatan dengan alam lingkungan. Hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan tidak akan berhenti ketika manusia itu hidup. Tetapi terkadang sifat rakus manusia membuat alam menderita. Eksploitasi alam secara besar – besaran tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkannya. Banyak contoh akibat dari eksploitasi yang tidak bertanggung jawab itu, seperti globalwarming, lumpur lapindo, dan sebagainya. Oleh karena itu jadilah. Oleh karena itu menjalin hubungan harmonis dengan lingkungan hendaknya kita lakukan. Bila dikaitkan dengan Panca Yajna hubungan dengan lingkunagan ini dapat diwujudkan dengan Bhuta Yajna, seperti mecaru, segahan, dan sebagainya.

Ketiga hubungan ini memiliki kesatuan yang utuh dan saling berhubungan. Kita ambil contoh saat melakukan piodalan pura / upacara yajna lainnya. Didalam kegiatan tersebut entah sadar atau tidak kita telah melakukan ketiga hubungan ini. Hubungan dengan Tuhan, sudah jelas yajna itu ditujukan kepada Tuhan. Yang kedua hubungan dengan manusia, saat kita ngayah disitulah terjadi hubungan ini, saling membantu satu sama lain untuk menyelesaikan tugas, berkomunikasi dengan baik dan menumbuhkan rasa kekeluargaan. Dan yang terakhir hubungan dengan lingkungan, sudah jelas didalamnya ada mecaru.

Terimakasih atas attentionnya, semoga tulisan ini bermanfaat. Dan apabila ada kesalahan dalam penulisan, tutur kata dan lainnya penulis mohon maaf…

 

referensi :

– Buku Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi

SAD RIPU : ENAM MUSUH DALAM DIRI MANUSIA


Sad Ripu berasal dari kata sad yang berarti enam dan ripu yang berarti musuh. Jadi secara harfiah Sad Ripu berarti enam musuh yang berada dalam diri manusia. Bagian – bagian sad ripu meliputi :

1. kama : nafsu, keinginan

2. lobha : tamak, rakus

3. krodha : kemarahan

4. moha : kebingungan

5. mada : mabuk

6. matsarya : dengki, iri hati

Enam musuh ini memberikan pengaruh yang berbeda – beda, bila kita tidak dapat mengendalikanya maka akan jatuh ke dalam kesengsaraan. Oleh karena itu hendaknya kendalikanlah enam musuh yang ada dalam diri masing – masing.

1. Kama

Kama yang dimaksud dalam sad ripu ini adalah nafsu atau keinginan yang negative. Manusia memang harus memiliki keinginan, tanpa keinginan hidup ini akan terasa datar sekali. Tetapi keinginan yang sifatnya positif, seperti ingin jadi dokter, guru dan lainnya. Keinginan yang terkendali akan menjadi teman yang akrab bagi kita.

2. Lobha

Lobha berarti tamak atau rakus yang sifatnya negative sehingga merugikan orang lain. Lobha yang sifatnya negative akan menyebabkan seseorang terdorong untuk melakukan kejahatan karena merasa tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Contohnya tindakan mencuri, merampok dan sebagainya. Lobha yang sifatnya positif hendaknya dipertahankan, seperti tidak puas terhadap ilmu pengetahuan yang positif, lobha terhadap amal / dana punia.

3. Krodha

Krodha berarti kemarahan. Orang yang tidak bisa mengendalikan amarahnya akan menyebabkan kerugian pada diri sendiri maupun orang lain. Bahkan bisa sampai membunuh orang lain. Banyak tindakan – tindakan anarkis dan criminal yang timbul karena kemarahan. Seperti merusak barang milik orang lain, memukul teman, bahkan ada yangtega membunuh keluarganya sendiri.

4. Moha

Moha berarti kebingungan yang dapat menyebabkan pikiran menjadi gelap sehingga seseorang tidak dapat berfikir secara jernih. Hal ini akan menyebabkan orang tersebut tidak mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Akibatnya hal – hal yang menyimpang akan dilakukannya. Banyak penyebab seseorang menjadi bingung, seperti marah, mendapatkan masalah yang berat, kehilangan sesuatu yang dicintai dan sebagainya.

5. Mada

Mada berarti mabuk. Orang mabuk pikiran tidak berfungsi secara baik. Akibatnya timbulah sifat – sifat angkuh, sombong, takabur dan mengucapkan kata – kata yang menyakitkan hati orang lain. Seperti mabuk kekayaan yang dimilikinya, mabuk karena ketampanan. Mabuk juga dapat ditimbulkan karena minum minuman keras. Dengan minum minuman keras yang berlebihan akan menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran, sehingga menimbulkan perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

6. Matsarya

Matsarya berarti dengki atau iri hati. Hal ini akan menyiksa diri sendiri dan dapat merugikan orang lain. Orang yang matsarya merasa hidupnya susah, miskin, bernasib sial, sehingga akan menyiksa batinnya sendiri. Selain itu bila iri terhadap kepunyaan orang lain maka akan menimbulkan rasa ingin memusuhi, berniat jahat, melawan dan bertengkar, sehingga merugikan orang lain.